Antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan hematologi adalah sebagai berikut :
1. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)
Yang dipakai disini adalah garam kalium dan natriumnya, tetapi yang
sering digunakan adalah garam kaliumnya (dipotassium EDTA) karena daya
larutnya dalam air kira-kira 15 kali lebih besar daripada garam
natriumnya. Cara kerjanya dengan garam kaliumnya (K2EDTA) yaitu dapat
mengubah ion Calcium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion membentuk
senyawa kompleks yang larut berdasarkan pembentukan ikatan Chelate
senyawa. Namun jenis Na2EDTA (Di-Natrium Ethylene Diamine Tetra Acetate
dihydrate = Na2C10H13O8N2.2H2O) lebih murah dibandingkan K2EDTA ataupun
K3EDTA. Antikoagulan K3EDTA kurang baik dalam penggunaanya karena
memiliki pH lebih alkali sehingga berpengaruh terhadap pH darah.
Sebaliknya Na2 NaEDTA juga kurang baik karena lambat larut sehingga perlu pengocokan beberapa kali. 2EDTA
dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA
biasanya digunakan dalam bentuk cair. Dari ketiga jenis EDTA tersebut,
K2
Keuntungan EDTA :
adalah
yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for
Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory
Standards Institute). Tabung EDTA tersedia dalam bentuk tabung hampa
udara (vacutainer tube) dengan tutup lavender (purple) atau pink seperti
yang diproduksi oleh Becton Dickinson.
- Tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya erithrosit dan leukosit.
- Mencegah thrombosit menggumpal
- Dapat digunakan berbagai macam pemeriksaan hematologi.
Kerugian :
Lambat
larut karena sering digunakan dalam bentuk kering sehingga harus
menggoncang wadah yang berisi darah EDTA selama 1-2 menit.
Cara pembuatan :
1. Ambil botol yang bersih dan kering
2. Pipet EDTA 10% sebanyak 0,020 ml dengan pipet sahli
3. Masukkan kedalam botol dan keringkan
2. Trisodium Citrate
Antikoagulan Natrium Sitrat (Na3C6H5O7.2H2O) sering digunakan dalam
bentuk larutan dengan konsentrasi 3,8% dan 3,2%. Cara kerjanya sebagai
bahan yang isotonik dengan darah dan mencegah pembekuan darah dengan
cara mengikat ion Ca++ melalui gugus karboksilat dari senyawa ini
membentuk ikatan kompleks khelasi larut. Sering digunakan beberapa macam
pemeriksaan percobaan hemostasis dan LED metode Westergren. Pemeriksaan
LED metode Westergren digunakan perbandingan 1 bagian Natrium Sitrat
3,8% dan 4 bagian darah. Untuk percobaan hemostasis menggunakan
konsentrasi 3,2% dengan perbandingan 1 bagian Natrium Sitrat 3,2% : 9
bagian darah sesuai dengan NICCLS. Antikoagulan Natrium Sitrat 3,8% dan
3,2% tidak bisa lagi digunakan bila mengalami kekeruhan.
Keuntungan :
Antikoagulan ini karena tidak toksis maka sering digunakan dalam unit transfusi darah dalam bentuk ACD (Acid Citric Dextrose).
Kerugian :
Pemakaiannya terbatas dalam pemeriksaan hematologi.
3. Heparin
Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja dengan
cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga
menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen sehingga cara kerjanya
berdaya seperti antitombin dan antitromboplastin. Heparin merupakan
antikoagulan yang normal terdapat dalam tubuh tetapi dalam di
laboratorium jarang dipakai pada pemeriksaan hematologi karena mahal.
Untuk tiap 0,1 � 0,2 mg heparin dapat mencegah pembekuan 1 ml darah.
Sering digunakan dalam penentuan PCV cara mikrokapiler yang bagian
dalamnya dilapisi dengan heparin. Ada tiga macam heparin: ammonium
heparin, lithium heparin dan sodium heparin. Dari ketiga macam heparin
tersebut, lithium heparin paling banyak digunakan sebagai antikoagulan
karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion elektrolit dalam
darah.
Kerugian :
-
Tidak boleh digunakan dalam pemeriksaan hapusan darah karena dapat
terjadinya dasar biru kehitam-hitaman pada preparat bila dicat dengan
wright�s stain.
- Harganya mahal.
4. Double Oxalat
Nama lainnya adalah anticoagulant dari Heller and Paul atau Balanced
Oxalate Mixture. Dipakai dalam bentuk kering agar tidak mengencerkan
darah yang diperiksa. Kalium oxalat menyebabkan erythrosit mengkerut
sedangkan amonium oxalat menyebabkan erytrosit mengembang, campuran
keduanya dengan perbandingan 3 : 2 maka terjadi keseimbangan tekanan
osmotik eryhtrosit. Setiap 2 mg antikoagulant ini dapat mencegah
pembekuan 1 ml darah.
Keuntungan :
Dapat digunakan dalam berbagai pemeriksaan hematologi
Kerugian :
-
Tidak dapat digunakan dalam pemeriksaan hapusan darah karena bahan ini
toksis sehingga dapat menyebabkan perubahan-perubahan morfologi sel
leukosit dan eryhtrosit.
- Tidak boleh digunakan juga pada pemeriksaan osmotik fargility.
5. Natrium Oxalat
Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat kalsium membentuk kalsium
oxalat. Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah. Biasanya
digunakan untuk pembuatan adsorb plasma dalam pemeriksaan hemostasis
Antikoagulan jenis ini sudah jarang digunakan karena selain tidak luas
pemakaian, juga menyebabkan perubahan morfologi pada sel darah bila
terlalu lama dibiarkan. Antikoagulan ini memiliki kemiripan sifat dengan
double oxalate Dalam kondisi darurat dapat digunakan sebagai
antikoagulan.
6. NaF dan Kalium Oxalat
Antikoagulan ini sebenarnya dikhususkan untuk pemeriksaan glukosa
darah, namun masih dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi.
Antikoagulan ini biasanya tersedia dalam tabung vakum yang diproduksi
pabrikan. Kalium oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF
berfungsi sebagai antiglikolisis dengan cara menghambat kerja enzim
Phosphoenol pyruvate dan urease sehingga kadar glukosa darah stabil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar